Beberapa
hari lalu saya menerima SMS dari KH Afifuddin Muhajir. Beliau adalah Katib
Syuriah PBNU, salah satu wakil Pengasuh pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo
Situbondo yang merupakan pengarang kitab Fath al-Mujib al-Qarib, yang men-syarh
matan Taqrib.
Di
bulan Ramadan dapat sms dari kiai ahli ushul al-fiqh dan fiqh ini rasanya
anugerah luar biasa buat saya. Terjadilah dialog lewat sms tersebut yang
menurut saya isinya pantas di-share di sini (semoga pak kiai tidak keberatan):
Kiai:
Assalamualaikum wr wb. Saya membaca sebuah tulisan, “Hampir semua scientis itu
agnustik”. Apa maksudnya? Terima Kasih. Afifuddin Muhajir.
Saat
membaca sms ini reaksi spontan saya adalah: wah ini pintu masuk yang baik utk
para kiai tradisional kita mengenal perdebatan Sains dan Agama. Luar biasa juga
kiai yang tinggal di Madura (Asembagus Situbondo, red) tapi bacaannya melampaui
kitab kuning.
Saya
menjawab SMS beliau: Waalaikum salam Pak Yai. Ramadan karim. Hampir semua
scientist itu agnostik maksudnya adalah mereka tidak dapat menentukan lewat
akal dan hasil penelitian mereka akan keberadaan tuhan. Agnostik sedikit
berbeda dengan ateis. Kalau ateis tidak percaya ada Tuhan, kalau agnostik itu
tidak dapat menentukan apakah Tuhan itu memang ada atau tidak –bisa jadi mereka
percaya adanya Tuhan (tidak seperti orang ateis) tapi akal mereka tdk sampai
utk menyimpulkan tuhan itu ada. Demikian pak yai.
Beliau
membalas jawaban saya tersebut.
Kiai:
Sementara bagi kaum shufi, Tuhan adalah اظهر من كل شئ
Saya tertegun sejenak membaca jawaban beliau. Beliau bertanya soal saintis tapi mengomentari dengan pendekatan sufistik. Ah benar-benar anugerah. Beliau benar bahwa bagi sufi, Tuhan itu tampilan dari semuanya. Tuhan itu tampil dengan amat jelas. Lantas mengapa para saintis yang otaknya luar biasa itu tidak mampu sampai kepada Tuhan?
Beliau mengirim sms
lagi:
Kiai: Apa ada scientis terkemuka yang agamis? Terimakasih.
Kiai: Apa ada scientis terkemuka yang agamis? Terimakasih.
Saya
bergumam, cerdas sekali Kiai kita ini. Saya memahami pertanyaan beliau itu
dalam konteks Barat karena beliau pasti paham dalam sejarah dunia Islam kita
juga memiliki para raksasa ilmu yang sangat alim. Kira-kira pertanyaan beliau
kalau ditulis ulang spt ini: adakah saintis terkemuka di Barat yang percaya
adanya Tuhan.
Dan
tidak masuk kategori agnostik?
Ini
jawaban saya:
NH:
Banyak pak yai scientist terkemuka di barat yg percaya Tuhan (bukan agnostik)
misalnya Johannes Kepler, Descartes, Pascal, Isaac Newton, termasuk Einstein.
Saya susul dengan
jawaban berikutnya:
NH: 65,4% penerima hadiah nobel beragama kristen, jadi sebenarnya masih mayoritas scientist yg percaya keberadaan tuhan.
NH: 65,4% penerima hadiah nobel beragama kristen, jadi sebenarnya masih mayoritas scientist yg percaya keberadaan tuhan.
Dan
tidak disangka-sangka beliau menjawab dengan kutipan ayat:
انما يخشى الله من عباده العلماء
Saya kembali merenung. Semakin tambah pengetahuan kita semakin tundukkah kita pada Allah atau justru semakin ingkar? Sungguh yang takut-tunduk pada Allah dari hamba-hambaNya itu adalah para ulama (orang yang berpengetahuan). Ya allah jadikanlah sejumput ilmu kami ini sebagai wasilah untuk mengenalMu
انما يخشى الله من عباده العلماء
Saya kembali merenung. Semakin tambah pengetahuan kita semakin tundukkah kita pada Allah atau justru semakin ingkar? Sungguh yang takut-tunduk pada Allah dari hamba-hambaNya itu adalah para ulama (orang yang berpengetahuan). Ya allah jadikanlah sejumput ilmu kami ini sebagai wasilah untuk mengenalMu
Beliau
mengirimkan sms susulan:
Kiai:
Awalnya saya gundah mendengar bahwa Stephen Hawking, scientis terkemuka Inggris
saat ini adalah ateis, tapi akhirnya saya sadar bahwa hidayah tak cukup hanya
dengan modal akal.
Hebat
sekali kiai kita ini sampai tahu soal Hawking. Malamnya tanpa direncanakan saya
menonton film tentang Stephen Hawking di DVD. Wah bisa pas banget nih dengan
dialog saya bersama Pak Kiai. Saya jadi punya bahan untuk menjawab sms beliau.
Komentar beliau soal kaitan akal dan hidayah itu juga menarik sekali utk
diskusi lebih lanjut.
Keesokan
harinya beliau sms saya lagi.
Kiai:
Assalamu’alaikum… Ma’af, mau tanya lagi: apakah orang barat mempercayai adanya
jin? Terimakasih.
Saya
menjawab dengan lebih dahulu komen balik soal Hawking.
NH:
Hawking itu dulu agnostik dan kemudian disertasinya soal waktu (time) dianggap
brilian. Beberapa tahun kemudian Hawking membantah sendiri teori dalam
disertasinya. Ia tidak percaya alam semesta ini diciptakan. Dengan teori
big-bang nya ia merasa awal semesta ini hanya karena ledakan besar. Hawking yg
dianggap hebat ternyata belum sampai akalnya menuju allah.
Saya
teruskan mengirim sms:
NH:
Ada sebagian kecil di barat yang percaya dengan jin, spirit, dst nya tapi
sebagian besar sangat rasional dan sekuler. Bagi meraka ciri masyarakat
berperadaban modern itu tdk percaya dg dunia gaib nan ajaib. Hanya masyarakat
terbelakang yg mau percaya dg jin, spirit, dll dan itu dibuktikan lewat
penjajahan yg mrk lakukan ke negeri afrika, timur tengah dan asia yg masih
percaya jin tapi ternyata bisa mereka taklukkan dan mereka jajah. Sementara
masyarakat kita sedang demam batu akik. Kembali ke jaman batu hehhe
Lagi-lagi
saya terkejut dengan respon beliau.
Kiai:
والعارفون بربهم لم يشهدوا*شيئاسوى المتكبرالعالي (ابو
مدين)
Jawaban
singkat tapi padat dengan mengutip Syekh Abu Madyan al-Maghribi.
Para ‘Arifin itu sangat mengenal Tuhannya dan mereka tidak melihat apapun melainkan Allah. Kemanapun mereka palingkan wajah mereka, yang mereka lihat adalah kebesaran Tuhan. Tidak mereka lihat suatu benda kecuali diujungnya ada Tuhan. Saya sapukan pandangan wajah saya dengan mata yang mulai berkaca-kaca; tak juga saya lihat ada wajah ilahi.
Para ‘Arifin itu sangat mengenal Tuhannya dan mereka tidak melihat apapun melainkan Allah. Kemanapun mereka palingkan wajah mereka, yang mereka lihat adalah kebesaran Tuhan. Tidak mereka lihat suatu benda kecuali diujungnya ada Tuhan. Saya sapukan pandangan wajah saya dengan mata yang mulai berkaca-kaca; tak juga saya lihat ada wajah ilahi.
Duh
Gusti, ampuni aku… Alam semesta itu nyata dan ini yang dijadikan obyek
penelitian Hawking. Jin itu tidak kelihatan alias gaib dan ditolak oleh
sebagian besar masyarakat Barat. Buat para Arifin, pada yang terlihat atau
tidak terlihat, semuanya
merupakan
tajalliNya. Wa Allahu a’lam.
Saya
membalas sms terakhir beliau dengan satu kata:
Subhanallah.
repost
Sumber Wibsite Nadirsyah Hosen dan cerita ini diambil dari akun Facebook dan Twiter beliau.
repost
Sumber Wibsite Nadirsyah Hosen dan cerita ini diambil dari akun Facebook dan Twiter beliau.
Prof.
Dr. Nadirsyah Hosen, MA.,Ph.D adalah dosen senior Monash University Melbourne Australia sekaligus Ketum PCI NU New Zealand dan Australia.
No comments:
Write komentar