Dewasa ini mayoritas masyarakat indonesia sudah mulai lupa akan jati dirinya. Budaya-budaya kenusantaraan mulai luntur disebabkan virus-virus budaya asing yang menggrogotinya. Baik dari cara berprilaku, bergaya, berpakaian, berbicara dan lain sebagainya. Sudah kebanyakan mengadopsi budaya-budaya asing. Mulai masyarakat pertokoan (madani) sampai pelosok desa, masyarakat berpendidikan hingga masyarakat awam, kaum atasan hingga kaum bawahan, masyarakat indonesia benar-benar terkontaminasi budaya asing.
Tantangan besar yang dihadapi oleh bangsa indonesia di zaman
globalisasi ini adalah bukan senjata api, sniper, granat, ataupun rudal, dan
yang lainnya. Akan tetapi lebih bahaya dari itu. Kontak pemikiran dan kontak
budaya inilah yang perlu diperhatikan serius oleh bangsa ini. Pada zaman
modenisasi ini jarang kita lihat pemuda-pemuda kampung khususnya. Apabila malam
tiba serentak berduyun-duyun pergi kemusholla dan mesjid. Tanpa gengsi kekenian
memakai sarung dan kopyah, guna mengikuti pengajian dan khidmat. Inilah wajah
indonesia 10-20 tahun terakhir, yang kita rindukan. Berbeda jauh pada sekarang zaman sekarang ini. Pemuda kita
disibukan oleh media elektronik, media sosial, komputer, televisi, dan sepeda
motornya, sehingga lupa baca al qur’annya. Dan kebanyakan dari mereka sudah
malu memakai sarung dan kopyah dengan entengnya mereka mengatakan “ketinggalan
zaman”.
Ada hadist yang mengatakan ....(barangsiapa menyerupai suatu kaum,
maka dia termasuk bagiannya). Hadist diatas sangat jelas bila kita qiaskan
dengan bangsa ini, masyarakat indonesia sebagian besar bergaya barat, berarti
tidak bisa mengelak, bahwa masyarakat seperti itu termasuk kaum yahudi.
Pengasuh pondok pesantren salafiyah syafi’iyah sukorejo KHR. Ach Azaim Ibrahimy
sangat getol melarang santrinya meniru gaya yang tak jelas senadnya itu. Santri
dilarang berkaos bila keluar dari pesantren,
potong rambut dengan rapi, dan juga melarang merayakan hari valentine
day adalah maklumat yang dikeluarkannya.
S-E-L-E-S-A-I
No comments:
Write komentar