Saturday, August 22, 2015

TEKS KHOTIP JUM'AT (HIKMAH DIBALIK PERINTAH WAJIBNYA BERPUASA DI BULAN SUCI ROMADLON)

HIKMAH DIBALIK PERINTAH WAJIBNYA BERPUASA DI BULAN SUCI ROMADLON

  

بسم الله الرحمن الرحيم

 الحمدلله , الحمدلله الذي انعمنا علينا بنعمة الحياة الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار. وارشدنا عليها بهداية الايمان و السلام . سبل الانسان الذي يجتهد على قمة الدرجات التقوى والاحسان  اشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له , واشهد ان محمدا عبده ورسوله لانبي بعده,  اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه ومن اتبعهم باحسان الى يوم القيامة . اما بعد.
فيا معشر المسلمين اخوني رحمكم الله , اوصيني واياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون , اتقوا الله يا اولى الالباب لعلكم تفلحون , قال الله تعالى في القران العظيم : اعوذ بالله من الشيطان الرجيم  : الا ان اولياء الله لاخوف عليهم ولاهم يحزنون. الذين امنوا وكانوا يتقون. لهم البشرى في الحياة الدنيا وفى الاخرة  لا تبديل لكلمات الله ذلك هو الفوز العظيم .صدق الله العظيم.

MA’ASYIROL MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH


Alhamdulillah, begitu cepat perjalanan Sang Waktu, sehingga tanpa terasa kita telah berada diambang pintu gerbang bulan suci Romadlon, bulan yang penuh berkah, bulan dimana kaum muslimin melakukan pesta ibadah keharibaan Sang Maha Faktor Alloh SWT. berlomba memperbanyak amal, berpacu meningkatkan prestasi pengabdian, untuk mencapai derajat tertinggi di sisi Alloh SWT. yaitu sebagai Insan Muttaqin. Sebagaimana disebutkan oleh Alloh SWT dalam firmanNya yang berbunyi :

ياايهاالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pula kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqoroh : 183)

            Demikianlah perintah wajibnya berpuasa Romadlon dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 183 sebagaimana tersebut di atas. Dan seterusnya diuraikan sampai dengan ayat yang ke 187. Hal itu mengandung pelajaran berharga bagi segenap hamba-Nya, terutama bagi yang beriman. Perintah tersebut ditetapkan oleh Alloh SWT. sejak tahun II hijrahnya Nabi SAW. dari Makkah ke Madinah, yaitu setelah Ajaran Tauhid  (Aqidah : Hanya meng-Esa-kan Alloh SWT) terhujam ke dalam jiwa, dan ibadah sholat telah memasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

MA’ASYIROL MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH


            Perintah berpuasa sama dengan perintah-perintah Alloh SWT. yang lain, yaitu bukan merupakan perintah yang kaku dan kering. Bukan merupakan perintah yang berisfat diktator sebagaimana perintah-perintah buatan manusia, yang sok berkuasa dalam suatu negara, lalu ditetapkan menjadi undang-undang. Perintah buatan manusia yang semacam itu lebih banyak bergantung kepada kuat dan lemahnya kekuasaan politik yang sedang berkuasa. Orang akan lebih suka mengemukakan seribu satu macam alasan untuk menghindar atau melanggarnya. Dan bilamana kekauatan yang sedang berkuasa itu tumbang, akan tumbang pula perintah yang telah menjadi undang-undang itu. Selanjutnya akan diganti  dengan perintah yang baru oleh pemerintah yang baru pula, begitu seterusnya silih berganti tanpa hasil yang pasti, tambal sulam disana-sini, dan ketha’atan rakyatpun senantiasa bersifat semu dan rapuh.
            Sangat jauh sekali dengan perintah Alloh SWT sebagai sang Pencipta Tunggal di alam ini, seperti  perintah kewajiban berpuasa di bulan Romadlon. Alloh SWT. memulai perintah-Nya dengan mengetuk hati nurani yang beriman, jiwa yang beraqidah, menyentuh akal dan perasaan secara sekaligus. Karena itu bila hati seseorang telah beriman dan apalagi telah merasakan “Halawatul Iman” (Enak dan lezatnya iman), maka orang akan menerimanya tanpa merasa berat, sebagaimana beratnya membayar pajak kepada pemerintah. Bahkan perintah berpuasa itu akan diterima dan disambut dengan hati gembira penu rasa suka cita. Apalagi jika menghayati susunan ayatnya akan terasa sekali kelembutan Tangan Kasih-Nya yang Maha Bijak. Terbukti perintah itu datang dari Alloh SWT. penuh dengan hikmat dan dakwah, Tasyri’ (Syari’at) yang bijaksana dan ilmu jiwa yang sempurna. Sehingga manakala selesai ayat itu dibacakan, terasa timbul penyerahan diri dan keyakinan bahwa apa yang diperintahkan oleh Alloh SWT. tidak lain hanyalah untuk kemaslahatan bagi hamba yang diperintahnya.

MA’ASYIROL MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH


            Mula-mula Alloh SWT. memanggil dengan kalimat “Ya ayyuhal laadziina aamanuu” (Wahai orang-orang yang beriman). Bagi orang yang di hatinya ada iman (sejati) pasti akan tersentak dan sadar, lalu ia berkata “Alloh Tuhanku telah bertitah, segala titah-Mu ya Alloh hamba junjung tinggi”.
Abdulloh bin Mas’ud  ra. Salah seorang shahabat Nabi SAW. pernah berkata : “Bila kami mendengar satu ayat yang dimulai dengan seruan “Iman” maka kami tersentak dan sadar, Siap menunggu dan menerima titah yang akan dipikulkan di pundak kami.” Oleh sebab itu seruan kepada orang yang beriman adalah suatu seruan terhormat, seruan yang menimbulkan harga diri, sebagai akibat dari pada itu, timbullah keyakinan bahwa perintah itu tidak akan berat. Karena hubungan yang paling tinggi antara seorang mukmin dengan Tuhannya ialah hubungan karena ridlo dan cinta. Bagi orang yang cinta tidak ada  di dunia ini yang dianggap sulit dan berat. Apalagi Alloh SWT telah menyatakan bahwa Dia tidak akan memikulkan kepada hamba-Nya sesuatu perintah kecuali yang sebatas kemampuannya. (La yukallifullohu nafsan illa wus’aha) Karena keyakinan itulah maka bagi hamba yang benar-benar beriman pasti akan mengatakan : “Sami’naa wa Atho’naa” : kami mendengar  titah-Mu ya Alloh, dan kami siap melaksanakannya.
            Sehabis dialog pertama dari Alloh SWT kepada hamba-Nya yang beriman, kemudian hamba itu menututi perintah-Nya dan patuh, maka kemudian Alloh SWT lanjutkan firman-Nya yang artinya bahwa perintah itu bukanlah perintah yang baru, tapi perintah yang sudah pernah dititahkan kepada umat-umat terdahulu. Jadi maksudnya walaupun si hamba yang beriman telah menyerah tunduk dan  patuh, siap menjalankan perintah berpuasa, namun Alloh SWT masih membuat agar perintah itu benar-benar ringan dan bisa diterima dengan suka cita, maka Alloh jelaskan bahwa perintah itu sekedar lanjutan dari ibadah yang sudah pernah dijalankan oleh umat terdahulu.
            Selanjutnya pada ujung ayat itu diterangkan pula maksud yang sebenarnya, atau tujuan pokoknya, yaitu untuk membentuk pribadi si Mukmin sebagai manusia yang bertaqwa. Artinya agar semakin erat hubungan si hamba dengan penciptanya, terpelihara hubungan baiknya, dan semakin tinggi derajatnya memperoleh kesejahteraan Di dunia maupun di akhirat. Ingatlah Alloh SWT. telah berfirman :
ولقد كرمنا بني ادم وحملنهم بي البر والبخر ورزقناهم من الطيبات وفضلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيلا.
Artinya : “Sungguh Kami (Alloh) telah memuliakan kamu wahai Bani Adam, telah Kami tanggung nasib mereka di darat maupun di laut, dan telah Kami cukupkan rizqinya dengan yang baik, dan Kami lebihkan derajat kemuliaannya atas kebanyakan makhluk lain di dunia ini”.(QS. Al-Isro’:70)

 

MA’ASYIROL MUSLIMIN ROHIMAKUMULLAH

            Karena itu, marilah kita sambut bulan suci romadlon yang akan datang ini dengan semangat untuk meningkatkan prestasi ibadah kita masing-masing. Sehingga kualitas diri kita ke depan menjadi lebih baik dan selalu mendapat naungan ridlo serta ampunan Allah Subhanahu wata’ala.
            Untuk menuju langkah tersebut, maka kita harus melakukan tiga hal yang utama, yaitu :
  1. Marilah kita mengevaluasi diri kita secara jujur, bagaimana potret diri kita yang sesungguhnya. Sudah pantaskah kita mengaku Mukmin dan Muslim, atau justru masih jauh dari apa yang di harapankan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Karena itu marilah kita perbanyak mohon ampun dan beristighfar kepada-Nya.
  2. Jadikanlah bulan Romadlon sebagai titik awal kembali bagi kaderisasi diri dan keluarga kita untuk diselaraskan dengan tuntunan dan kehendak Sang Maha Hidup yang telah banyak berbuat baik kepada kita selama ini
  3. Persiapkan seperangkat tekad yang bulat baik jasmani dan rohani dengan semangat : Fastabiqul khairat, berkobarnya ruh jihad bil amwal dan bil anfus, dan semangat menyesali berbagai kesalahan kita selama ini untuk segera kembali ke jalan yang haq demi masa depan diri kita dan keluarga kita di akhirat.
Insya Allah dengan tiga langkah tersebut, Ibadah Romadlon yang akan datang nanti benar-benar akan menjadi penghapus segala dosa dan kesalahan kita selama ini, dan selanjutnya akan bisa mengangkat harkat dan martabat kita di sisi Allah Subhanahu wata’ala sebagai hamba Allah yang Ahsani Taqwim , yang dimatikan sebagai hamba-Nya yang mendapat gelar Khusnul Khotimah. Amiin

بارك الله لي ولكم ونفعني واياكم ولسائر المسلمين واستغفروه انه هو الغفور الرحيم.

No comments:
Write komentar