Thursday, April 13, 2017

Lautan Kata KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy

KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy Pengasuh P2S3
"Saujana, sejauh mata memandang, titik akhir masâfah pengembaraan tak kan pernah terlihat pasti. Di hadapan, rimba belantara harus terlewati. Setiap karakter yang aku temui, tak jarang memperlihatkan wajah-wajah kebinatangan selain kemanusiaannya secara lahiri. Di hadapan, sahara kejenuhan membuat dahaga hati. Setiap bayangan fatamorgana menipu keteguhan diri. Di hadapan, puncak gunung kesuksesan menjadi tempat mendaki. Setiap letupan magma keangkuhan berpotensi besar membinasakan orang lain dan diriku sendiri. Di hadapan, jurang kegagalan sangat curam sekali. Setiap penentangan dan ketidaksabaran membuka lebar kekufuran pada hikmah Ilahi. Aku adalah manusia dan harus berusaha tetap menjadi manusia, berkepribadian manusia, menjalani peran sebagai manusia, dan membangun peradaban manusia." Akhirnya kutemukan tali simpul dari seluruh rentetan peristiwa ini.

"Langkah demi langkah terayun, menapaki jejak, melewati fase pengembaraan. Dan bila batas dimensi teleh dekat, Barzakh akan menjelang di hadapan. Ingatlah, bahwa sesudah itu, disana ada kehidupan hakiki, kehidupan dan keindahan bagi yang bersuka cita dan mengikuti jejak takwa. Disanalah kehidupan taman surgawi!" Wajah tertunduk, terpekur oleh setiap kejadian yang mendera.

"Kukatakan pada diri sendiri bahwa aku adalah seorang pengembara. Kukatakan bahwa hidup adalah belantara, kukatakan untuk beningkan hati. Dan kukatakan bahwa dunia hanyalah tempat bersinggah, bukan tempat abadi. Kukatakan itu semua, untuk bekali diri, tabahkan hati!
"Ketahuilah wahai pengembara sejati, bahwa pengembaraan ini bukan sekedar perjalanan hidup duniawi, bukan sekedar menapaki bumi. Namun pengembaraan ini juga perjalanan hati, perjalanan ruhani, menuju Maha Pengasih, Maha Kekasih. Bila di dunia fisik ada fase kehidupan materi, maka di dunia psikis pun ada fase kehidupan yang dimensinya lebih menakjubkan lagi. Dimulai dari suatu proses kontemplasi, turunnya cahaya kesadaran, lalu menjadi pencerahan diri, semua nilai-nilai hidup terbacakan di depan mata, mata batin, bernama hati nurani."

"Sungguh betapa panjang penderitaan, betapa sulitnya keadaan, sedangkan masa lapang berjalan begitu lamban, hingga membuat letupan gelisah dan goncangan pada jiwa, bahkan sedikit rasa putus asa dan kekenduran semangat menggoda, datang hinggapi diri sebagai suatu kewajaran yang manusiawi. Namun hal itu tak kan tinggal begitu lama dalam diri seorang mu'min sejati, karena ia terjaga oleh keyakinannya yang kuat bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan tersebut berada dalam ilmu Ilahi, di bawah pengetahuan-Nya yang maha luas nan azali, pada waktu yang telah ditentukan dan batas yang diketahui. Ia menyadari keadaannya di alam semesta ini tak lepas dari sunnatullâh yang bijak bestari."
KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy

No comments:
Write komentar