Saturday, April 8, 2017

Pesantren Kyai Kholil Bangkalan Madura

Sejarah profil perkembangan Pondok Pesantren Kyai Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan Madura Jawa Timur Indonesia yang didirikan oleh Kyai Haji (KH) Kholil (Khalil) Bangkalan yang lebih dikenal dengan sebutan Syaikhona (Syaichona) Mohammad Kholil Bangkalan. Ponpes didirikan pada 1861 Masehi.

Masjid Jami' Bangkalan
SEJARAH AWAL PENDIRIAN PESANTREN

Syaikhona (Syaichona) Kholil mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, Bangkalan. Setelah putrinya, Siti Khatimah, dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu Kiai Muntaha (Muhammad Thaha); pesantren di desa Cengkubuan itu kemudian diserahkan kepada menantunya tersebut. Dan Kiai Khalil sendiri, pada tahun 1861 M., mendirikan pesantren lagi di daerah Kademangan, hampir di pusat kota; sekitar 200 meter sebelah Barat alun-alun kota Kabupaten Bangkalan. Letak pesantren yang baru itu, hanya selang 1 kilometer dari pesantren lama dan desa kelahirannya. Pesantren yang terakhir ini kemudian dikenal sebagai pesantren Syaikhona Kholil.
Dari pesantren di Kademangan inilah KH. Khalil bertolak menyebarkan Islam di Madura sampai Jawa. Pada mulanya beliau membina agama Islam di sekitar Bangkalan. Baru setelah dirasa cukup baik, mulailah beliau merambah ke pelosok-pelosok yang jauh, hingga menjangkau seluruh Madura. 

PENGASUH PESANTREN SYAIKHONA KHOLIL

1. KH. Khalil
2. KH. Abdul Fattah bin Nyai Aminah binti Nyai Mutmainnah binti Imron bin Khalil
3. KH. Fakhrur Rozi bin Nyai Romlah binti Imron bin Khalil
3. KH. Abdullah Sahal bin Romlah binti Imron bin Khalil. 
4. KH. Fakhrillah Sahal bin Abdullah Sahal.
SISTEM PENDIDIKAN

1. Formal

a. MTs al-Ma’arif, 
b. SMA Ma’arif, 
c. Kesetaraan [A, B, dan C]
e. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syaichona Moh. Cholil (STITS)

2. Non-Formal

a. Ma’hadiyah: Badan Khusus (Bansus) al-Qur`an, Tahfizh al-Qur`an, Tahfizh Alfiyah, pengajian Kitab Kuning, dan Majlis Munazharah Ma’hadiyah

b. Madrasiyah: Madrasah Diniyah Ibtida`iyah, Madrasah Diniyah Tsanawiyah, dan Madrasah Diniyah Aliyah (ATM).


DISERTASI DOKTORAL TENTANG PESANTREN SAIKHONA KHOLIL BANGKALAN 

Judul: Strategi Pembelajaran Agama Islam Di Pondok Pesantren Mohammad Kholil I Bangkalan-Jawa Timur). (Disertasi)
Penulis: Suhudi Suhudi
Jenis tulisan : Disertasi, 
Level akademis: Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program Pasca Sarjana
Universitas: , Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Prof. Dr. H. Moh. Dimyati, (II) Prof. Dr. I Wayan Ardhana, MA dan (III) Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng M.Pd.

Abstraksi:

Metode penelitian pondok pesantren salafiyah Syaikhona Mohammad Kholil I Bangkalan ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang di dalam pandangan sosiologi Ritzer masuk pada kuadran keempat yaitu mikro-subyektif. Dan oleh karena itu maka menggunakan analisa data kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan melalui wawancara dengan informan inti dan informan biasa serta pengamatan berkali-kali tentang kehidupan di pondok pesantren.

Berdasarkan data penelitian yang ditemukan, pesantren ini menyelenggarakan pendidikan agama Islam ke dalam dua program pendidikan dengan tujuan untuk membentuk santri yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq al-karimah. Kedua program tersebut ialah ma'hadiyah dan madrasiyah. Dalam kedua program pendidikan ini buku rujukan pembelajaran hampir semuanya menggunakan kitab kuning, kecuali mata pelajaran Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah), yang dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran al-Qur'an dan al-Hadist, fiqh, tauhid, akhlaq, bahasa Arab dan sejarah Islam.

Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi konvensional dan modern, yaitu strategi kooperatif, inkuiri dan strategi pembelajaran langsung dengan metode sorogan dan bandongan, dimana kemudian strategi ini berkembang menjadi strategi muhawarah, majlis ta'lim dan mudzakkarah. Pada semua strategi pembelajaran tersebut di atas ada prinsip yang melekat yaitu prinsip tabarruk. Prinsip tabarruk yang selalu melekat pada setiap strategi dan metode pembelajaran adalah karena didasarkan pada keyakinan yang mendalam bahwa pelajaran agama Islam bisa masuk pada kognisi si belajar, lalu menimbulkan penghayatan dalam hati sehingga menjadi sikap dan terejawantahkan ke dalam bentuk prilaku si belajar hanya dengan barokah dari Allah.

Untuk memperoleh barokah ini santri harus patuh kepada ajaran agama Islam yang diwujudkan menjadi ketaatan kepada nabi Muhammad, sebagai pesuruh Allah, kemudian, kepada sahabat dan para pengikutnya, yaitu ulama (orang ahli agama; bisa disebut kiyai, tuan guru dan sebagainya). Ketundukan pada ulama ditunjukkan dengan ketundukan pada peraturan pesantren dan cinta kepada kyai (ulama) yang dipercaya memiliki karomah. Wujud daripada cinta dan tunduk kepada ulama juga diwujudkan si belajar (santri) dalam kehidupan keseharian di pesantren dengan tirakat yaitu menahan lapar dan amarah serta hidup prihatin selama berada di pesantren.

Dalam pelakasanaan pembelajaran agama Islam, di pesantren ini tidak dikenal dengan adanya dokumen kurikulum sebagaimana pendidikan formal lainnya di Indonesia, juga tidak dikenal adanya sistem evaluasi belajar dan kenaikan kelas oleh guru atau pengasuh. Penilaian hasil belajar dan kenaikan kelas ditentukan sendiri oleh santri dengan melakukan evaluasi sendiri apakah dia mampu membaca dan memahami kitab-kitab yang dipelajari atau tidak.

Pelaksanaan stategi bandongan dan sorogan dilakukan dengan kiyai atau ustadz sebagai pemberi informasi utama dan tanpa adanya tanya jawab dan interaktif. Sedangkan pembahasan hasil pembelajaran dari sorogan dan bandongan di lakukan santri dengan strategi lain yaitu musyawarah, muhawarah dan muhadloroh. Dimana kegiatan tersebut dilakukan sesama santri dengan dipandu oleh ustadz atau santri senior, yang diadakan di musholla atau seramb-serambi pondok.

Fakta tersebut memperlihatkan bahwa pesantren ini merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan santri yang memiliki kemampuan ilmu agama dan mampu mengejawantahkan ilmunya ke dalam bentuk perbuatan sehingga dapat menjadi Muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq al-karimah (bermoral baik).

No comments:
Write komentar