Tuesday, April 11, 2017

Pesantren Sukorejo Jalin Kerjasama di Bidang Pendidikan dengan Turki dan Yordania

11 April 2017 menjadi hari terakhir dari seluruh rangkaian rihlah ilmiah  rombongan pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah dan Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII) Sukorejo Situbondo ke negara Turki dan Yordania. Rombongan terdiri dari Pengasuh Pesantren, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy dan Istrinya, Ny. Hj. Nur Sari As’adiyah, Rektor IAII, Prof. Dr. Abu Yasid, M.A., LL.M dan dosen IAII, Ny. Hj. Djuwairiyah Fawaid, M.Pd.I. Perjalanan ke luar negeri yang dimulai sejak 4 April tersebut bertujuan menjalin kerajasama pesantren dan perguruan tinggi. 

Penandatanganan Kerja sama
Di Turki rombongan melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Sulaimaniyah untuk menjalin kerjasama di bidang penyelenggaraan Tahfidzul Qur’an (Hafalan Alqur’an). Kunjungan ke Sulaimaniyah ini merupakan kunjungan balasan, setelah pada tahun 2012 yang lalu Pimpinan Pesantren Sulaimaniyah Turki pernah berkunjung ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo dengan tujuan yang sama, yaitu menjalin kerjasama program tahfidzul Qur’an. 
Kepada Serambimata, Prof Dr. Abu Yazid mengungkapkan, dengan kunjungan ke negara Eropa Timur ini, pimpinan Pesantren Sukorejo ingin memastikan lebih konkret wujud kerjasama kedua pesantren, khususnya dalam program penyelenggaraan Hafalan Alqur’an.
“Selain ke Sulaimaniyah, rombongan juga ziarah ke tempat bersejarah seperti Masjid Biru dan Ayasofya. Masjid Biru adalah peninggalan bersejarah dai Sultan Ahmed yang mempunyai arsitektur menakjubkan. Ornamen masjid ini memantulkan cahaya warna biru sehingga diberi nama Masjid Biru. Sedangkan Ayasofya, mulanya adalah gereja yg dibangun oleh kekaisaran Bizantium/Romawi Timur pada abad ke-3 M. Istanbul yang saat itu bernama Constantinopel (قسطنطينية) tergolong kota paling besar di daratan Eropa. Sepuluh abad kemudian (abad ke-13 M) Kesultanan Saljuk dapat menguasai daerah ini yg kemudian berdirilah Kerajaan Turki Uthmani. Ayasofya pun berubah menjadi Masjid selama kurang lebih 6 abad. Nama Constantinopel yang tak lain adalah nisbat pada salah satu penguasa kerajaan Bizantium lalu diganti dengan nama Islam-bul yg kemudian lebih populer dengan sebutan Istanbul. Pasca jatuhnya kerajaan Turki Uthmani, penguasa baru negara Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk, pada awal abad ke-20 M mengubah fungsi Ayasofya menjadi museum dan terbuka untuk umum”, papar Abu Yazid. 

Sedangkan di Yordania, kerjasama dilakukan oleh IAII dengan sejumlah mitra perguruan tinggi di sana. Sekurang-kurangnya ada tiga perguruan tinggi ternama yang menjadi destinasi kunjungan, yaitu Universitas Yarmuk di kota Irbit, Universitas Alil Bayt di kota Mafraq dan International Institute of Islamic Toungt (IIIT) di kota Amman. 
“Kerja sama ini dilakukam dalam  rangka berikhtiar untuk memajukan perguruan tinggi Islam berbasis pesantren. Di era global seperti sekarang  membuka jaringan internasional menjadi suatu keharusan”, tambahnya. 
Lebih jauh, guru besar bidang ilmu Filsafat Hukum Islam itu menjelaskan, IIIT adalah lembaga publikasi internasional di bidang pemikiran Islam. Materi kerjasama yang dijalin berkisar dalam bidang penelitian dosen yang bersifat kolaboratif, publikasi ilmiah dalam ilmu-ilmu keislaman, serta memfasilitasi dosen-dosen muda IAII yang hendak mengikuti program 5000 doktor Kementerian Agama di sejumlah perguruan tinggi timur tengah. Tak kalah pentingnya, kerjasama juga ditekankan pada pengembangan gagasan Islam moderat di tengah derasnya arus radikalisasi belakangan ini. 
“Menghadapi radikalisasi global kita tidak bisa bekerja sendirian. Kalangan perguruan tinggi harus aktif secara berkolaborasi mengembangkan gagasan untuk menampilkan Islam yang sesungguhnya, Islam rahmatan lil alamin”, harap pria yang menyelesaikan masternya di Syari’ah dan hukum (LL.M) di International Islamic University Islamabad Pakistan. 
Selain program kerjasama, rombongan juga melakukan rangkaian ziarah ke makam beberapa makam Nabi, seperti Nabi Syu’ab a.s., Nabi Ayyub a.s., Nabi Yusa’ bin Nun, Gua Kahfi, Citadel dan Laut Mati. Laut mati banyak dikunjungi karena mempunyai banyak keunikan. Di antaranya, mempunyai kadar garam cukup tinggi mencapai 32 persen sehingga semua benda seberat apapun terapung di permukaan laut. Karenanya, mandi di laut mati tidak harus bisa berenang karena dapat terapung dengan sendirinya. 
Selain itu, di sekitar pantai laut mati diyakini menjadi lokasi penduduk kaum nabi Luth a.s. yang pernah diadzab oleh Allah s.w.t. karena melakukan pelanggaran liwath (sodomi). Karena itu, di kawasan ini terdapat sebuah perkampungan terkenal yang sampai saat ini bernama Qaryatu Liwath (Desa Sodomi). 
Dokumentasi



https://serambimata.com/2017/04/11/pesantren-sukorejo-jalin-kerjasama-di-bidang-pendidikan-dengan-turki-dan-yordania/

No comments:
Write komentar